
MAKASSAR – Setelah sebelumnya mengunjungi Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Sulawesi Selatan, rombongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) Bersama enam Juru Pelihara (Jupel) Cagar Budaya melanjutkan perjalanan ke makam Sultan Aji Muhammad Idris yang terletak di Kabupaten Wajo, pada 29/11/2024.
Kunjungan ke makam sultan ini sengaja dipilih karena selain komplek makan tersebut adalah merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Sulsel, juga karena latar belakang dari Sultan Aji Muhammad Idris sendiri yang merupakan Sultan dari Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-14.

Rombongan yang dipimpin oleh Pamong Budaya Ahli Muda Disdikbud Kukar M. Saidar tersebut diterima oleh Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kabupaten Wajo, Sudirman Sabang. Dalam pertemuan tersebut Sudirman menjelaskan secara terperinci terkait makam Aji Muhammad Idris yang berdampingan dengan makam mertuanya La Maddukelleng serta makam-makam lain yang berada dalam komplek pemakaman tersebut.
Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga tahun 1778, dan dia adalah sultan pertama yang menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.

Pada tahun 1739, Sultan Aji Muhammad Idris gugur di medan perang setelah turut bertempur melawan VOC Bersama rakyat Bugis. Kemudian ia dimakamkan Bersama mertua sekaligus rekan seperjuangannya yakni La Maddukelleng di Wajo. Masyarakat setempat pun menggelari Sultan Aji Muhammad Idris sebagai La Darise Denna Parewosi Petta Arung Kutek Petta Matinroe ri Kawane, yang berarti “Idris, kakak Parewosi, tuan kita, Sultan Kutai yang beradu tidur di Kawane.”
Setelah dirasa cukup rombongan pun pamit undur diri, untuk Kembali ke penginapan di Makassar. Sudirman pun memberikan dua buah buku karyanya berjudul “Sejarah, Struktur dan Sistem Pemerintahan Kerajaan Wajo” kepada M. Saidar sebagai cenderamata.
