
Salah satu masalah Indonesia adalah literasi yang rendah. Hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang suka membaca. Budaya membaca masih asing bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei Program for International Student Assessment (PISA) 2019 oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara, atau di antara 10 negara terbawah tingkat literasinya.
Minimnya minat baca dan literasi ini berdampak pada produksi buku bacaan di Indonesia setiap tahunnya. Melansir Kemendagri.go.id (23 Maret 2021), rasio nasional jumlah bacaan Indonesia terhadap jumlah penduduk Indonesia adalah 0,09. Itu berarti 90 orang Indonesia menunggu satu buku baru setiap tahun. Karenanya gerakan literasi terutama disekolah perlu dilakukan dengan pendampingan yang baik tentunya. Salah satunya melalui metode Readathon.
Readathon adalah salah satu jenis kegiatan literasi sekolah. Secara etimologis, istilah readathon berasal dari dua kata yaitu read (membaca) dan marathon (lari jarak jauh). Dari semantik leksikal, readathon dapat berarti membaca bersama dalam jangka waktu tertentu tanpa henti.
Dalam Readathon jenis membaca, metode, proses, durasi, dan hasil tidak dapat dipisahkan dari sejarah lari maraton yang dianut dalam gerakan literasi.
Secara historis, maraton dimulai di Yunani. Istilah maraton digunakan untuk sekelompok tentara Yunani yang berlari tanpa henti sejauh 42 km dari garis depan medan pertempuran menuju markas untuk menyampaikan pesan-pesan penting untuk menyelamatkan bangsanya. Dari referensi sejarah dan adopsi kata, readathon dilakukan selama 42 menit membaca bersama tanpa henti dalam keheningan untuk mendapatkan informasi penting dari bacaan tersebut.
Peserta Readathon sekolah terdiri dari semua siswa di bawah bimbingan seorang guru. Sebagai prosedur, guru terlebih dahulu memberikan informasi tentang tujuan membaca, teknik membaca, waktu membaca, dan tindak lanjut. Tujuan Readathon adalah untuk menumbuhkan minat dan motivasi membaca, meningkatkan keakraban membaca secara positif, dan membangkitkan semangat akan pentingnya pengetahuan membaca. Waktu membaca adalah 45 menit. Setiap siswa memilih dan menyiapkan bukunya sendiri. Buku yang akan dibaca, baik fiksi, nonfiksi, buku pelajaran, atau bahan referensi lainnya, dapat diberi tema dan dipilih oleh siswa berdasarkan minat, kebutuhan, dan relevansinya.
Setelah membaca, siswa diminta menandai halaman terakhir dari buku yang dibacanya. Untuk menguji perolehan informasi dan kesan tentang isi buku, siswa dapat diminta untuk menyampaikan informasi dan kesan dari hasil kegiatan membaca. Di akhir rangkaian kegiatan, setiap siswa diminta membuat pohon bacaan yang berisi rangkuman isi buku yang dibaca. Pohon bacaan terbaik diberikan oleh sekolah. Pohon bacaan juga dapat dibuat untuk kelompok atau kelas ketika siswa melaporkan telah menyelesaikan sesi membaca.
Kegiatan Readathon adalah literasi awal atau dasar sebagai bagian dari fase sosialisasi. Tahap perkembangan dan pembelajaran membutuhkan dukungan dari berbagai aspek, termasuk fasilitas dan lingkungan, bahan bacaan, perpustakaan, dan guru yang melek huruf. Fasilitas dan lingkungan yang kaya literasi menginspirasi siswa yang peka, kreatif, kritis, dan aktif. Perpustakaan yang tertata dengan baik, mudah didekati, dan menarik melalui keragaman dan relevansi referensinya merupakan pusat sumber belajar yang berkualitas.
Selain itu, kita membutuhkan guru yang terpelajar. Artinya, guru yang senang membaca, menjadi panutan membaca, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk sastra, menyelenggarakan kegiatan membaca dan menulis yang menyenangkan, dan memperhatikan kebutuhan belajar siswanya.
Kegiatan Readathon merangsang minat dan motivasi siswa untuk membaca. Ketika menjadi kebiasaan, tumbuh kebutuhan dan menjadi budaya. Hal ini diperlukan pada tahap pengembangan literasi dan pembelajaran. Selama tahap pengembangan, hasil kegiatan membaca, baik membaca individu maupun kelompok, dapat dilanjutkan dengan kegiatan menulis ulang atau memperbanyaknya dalam bentuk rangkuman, sinopsis, resensi, atau resensi. Untuk lebih memotivasi bisa juga diberikan reward kepada para siswa peserta kegiatan readathon tersebut.